Langsung ke konten utama

Berubah atau Mati


Dalam artikel karya Rhenald Kasali yang dimuat di harian Kompas Selasa, 18 Maret 2014 yang berjudl “Dalam Cengkraman Ilmu Dasar” aku menemukan sesuatu yang amat penting untuk dikaji lebih dalam.
Dalam paragraf terakhir ada kata yang cukup menantang diri saya pribadi “pertanyaannya hanya satu, kita biarkan terus seperti ini atau dengan legawa kita mulai pembaruan agar sarjana ilmu terapan mampu menerapkan ilmunya”.


Katanya memang terlihat biasa saja. Namun, bila kita hayati itu merupakan sebuah tantangan bagi bangsa kita. Bangsa kita masih enggan melakukan perubahan dalam sistem pendidikan.Dalam soal pendidikan memang kita sulit untuk bangkit. Kita kadang terlalu lemah dan menganggap bahwa bangsa kita tidak mampu.
Padahal setiap bangsa mampu bersaing dan melakukan sesuatu. Apalagi dalam soal pendidikan itu sangat penting untuk keberlangaungan generasi penerus bangsa. Mutu pendidikan kita yang masih jauh dari standar dan dari negara tetangga belum bisa diperbaiki. Banyak sarjana yang nganggur karena hanya bermodalkan ijazah tanpa ada bekal yang bisa diaktualisasikan dengan perbuatan.
Sistem pendidikan kita hanya mencetak para sarjana yang dibekali ijazah. Perguruan tinggi tak pernah memikirkan bagaimana cara membuat para sarjana diberi kemampuan dan bekal yang berwujud nyata bisa dipraktekan dan bisa diterapkan.
Jangan hanya sekedar teori-teori saja. Karena, bila teori tidak bisa di terapkan lalu apa gunanya kuliah selama bertahun-tahun. Orang pandai bukan hanya dari teorinya yang banyak tapi orang pintar adalah orang yang seberapa banyak menerapkan teori-teorinya dalam kehidupan.
Ilmu terapan yang tumpang tindih dengan ilmu dasar membuat ketidak jelasan dalam proses pendidikan. Yang dibutuhkan oleh perguruan tinggi sekarang ini hanya mahasiswa yang mampu mengerjakan lembaran soal-soal bukan mahasiswa yang mampu menerapkan ilmu yang dikuasainya.
Sebagai bangsa yang besar didukung dengan penduduk yang besar kita seharusnya berani untuk melakukan perubahan dalam sistem pendidikan. Sistem dibuat dan diklasifikasikan dengan jelas. Pembagian ilmu itu harus disesuaikan dan jangan sampai ada tumpang tindih agar mahasiswa bisa fokus.

Perguruan tinggi baik negri dan swasta di indonesia cukup banyak. Setiap tahun mengeluarkan para sarjana baik dari S1, S2 , dan S3 dalam berbagai bidang. Mereka adalah penerus bangsa ini. Maka, untuk menciptakan mahasiswa yang unggul perlu sistem dan kwalitas yang unggul pula.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hernowo Hasim : Berkarya dan Tak Kenal Lelah

Sosok Hernowo memang sudah tidak asing dalam dunia penerbitan. Hingga membuat saya merasa senang dan beruntung bisa di bimbing oleh beliau   walau   hanya baru   beberapa   hari.   Sosoknya yang ramah dan jika berbicara sangat asyik di dengar hingga kami   merasa dibukakan   wawasan   lebih   jauh   saat mendapat   pelajaran darinya. Cara belajarnya sungguh mengasyikan   dan   bersahabat.

Resensi Buku Tafsir Sufi Al-Fatihah: Kandungan Sufistik Surat Al-Fatihah Menurut Jalaluddin Rakhmat

Judul Buku      : Tafsir Sufi al-Fatihah Penulis              : Jalaluddin Rakhmat Penerbit            : Penerbit Mizan Tahun terbit     :   20 12 Jenis buku        : Non-Fiksi (Agama Islam) Tebal                : 2 44 Halama n Harga               : Rp. 35.000 Jalaludin Rakhmat adalah seorang Cendikiawan Muslim yang terkenal aktif dalam menyuarakan suara-suara pembaruan bersama Alm. Nurkholis Madjid. Kang Jalal biasa ia disapa merupakan penulis yang produktif. Buku yang penulis bahas kali ini merupakan buku yang sebelumnya pernah diterbitkan oleh PT Remaja Rosdakarya dengan judul "Tafsir Sufi Al-Fatihah M...