Penulis : Jalaluddin Rakhmat
Penerbit : Penerbit Mizan
Tahun
terbit : 2012
Jenis
buku : Non-Fiksi (Agama Islam)
Tebal : 244 Halaman
Harga : Rp. 35.000
Jalaludin Rakhmat adalah seorang Cendikiawan Muslim yang terkenal aktif dalam menyuarakan
suara-suara pembaruan bersama Alm. Nurkholis Madjid. Kang Jalal biasa ia disapa merupakan penulis yang produktif. Buku yang penulis bahas kali ini merupakan buku yang sebelumnya pernah diterbitkan oleh PT Remaja Rosdakarya dengan
judul "Tafsir Sufi Al-Fatihah Muqaddimah". Buku tersebut kini diterbitkan kembali oleh Penerbit Mizan dengan judul "Tafsir Sufi Al-Fatihah".
Sebelum membuat buku ini, Kang Jalal awalnya merasa
takut untuk membuat sebuah buku tafsir yang mengaitkan dengan pembahasan sufi (tasawuf).Kang Jalal menganggap upaya yang ia coba lakukan cukup berisiko. Berkaca dari sejarah, risiko itu dialami beberapa tokoh seperti Thanthawi dengan Tafsir
Thanthawi Al-Jawhari, Abu Abd al-Rahman al-Sulami dengan Haqaiq Al-Tafsir, Al-Syaikh Al-Akbar Ibn Arabi dengan Tafsir Al-Qur’an Al-Karim yang mendapat celaan dan tuduhan dari
tokoh-tokoh lain pada masanya atau sesudahnya. Namun, seiring berjalannya waktu dan
dengan penuh harapan, akhirnya rasa khawatir itu mampu dikalahkan. Bukti nyatatanya ialah buku ini berhasil diselesaikan dan berada di tangan pembaca.
Dalam awal pembukaan bukunya, Jalaluddin mengatakan bahwa objek sasaran tafsir ini adalah
masyarakat umum, bukan ulama atau akademisi. Karena itu, ia mengemas buku ini
dengan gaya bahasa yang mudah dimengerti oleh orang awam. Di beberapa tempat, ia
memberikan ulasan-ulasan terkait tasawuf amali. Ia sendiri mengatakan, mungkin
bagi para ulama karyanya ini tidaklah berharga karena sudah banyak kitab-kitab
yang membahas tafsir sufi secara lebih dalam dan jelas.
Pada pembahasan pertama terkait tafsir dan takwil, Kang Jalal menyuguhkan
beberapa peristiwa yang dialami oleh sahabat yang pernah melakukan kesalahan dan kemudian dianggap sebagai takwil untuk pembenarannya. Baru kemudian para ulama membagi
definisi Tafsir dan Takwil. Dari beberapa
definisi itu, melahirkan dua jenis bentuk tafsir, yaitu tafsir bi
al-ma’tsur dan tafsir bi al-ra’y. Semua ulama sepakat akan keabsahan
tafsir bi al-ma’tsur. Akan tetapi, mengenai tafsir bi al-ra’y
terjadi perbedaan pendapat. Ada yang melarang, ada juga yang mengharamkannya.
Ada tafsir ra’yu yang dibolehkan, tapi juga ada yang diharamkan. Banyak ulama
menyamakan tafsir bi al-ra’y yang sesat dengan takwil. Menurut Kang Jalal, seperti halnya tafsir bi al-ra’y, takwil pun ada yang benar dan ada yang
keliru.
Takwil sendiri sebenarnya sangat diperlukan untuk menjelaskan ayat-ayat mutasyabihat. Tanpa takwil, kita akan terjerumus pada
pemahaman yang salah. Karena kemungkinan orang awam akan salah memahmi ayat
mutasyabihat jika tanpa adanya takwil.
Di dalam Al-Qur’an terkandung makna lahirah dan batiniah. Jika kita
ingin mengetahui makna batiniah sebuah ayat, maka disitu takwil memainkan
peranannya. Pada bagian selanjutnya, dijelaskan mengenai nama-nama Surah al-Fatihah.
Mufasir berbeda dalam menentukan jumlah nama lain bagi Surah Al-Fatihah. Ada yang menyebut
12 nama, 22 nama, dan 30 nama. Jalaluddin dalam pembahasan ini hanya
menyuguhkan tujuh buah nama saja, yaitu: Al-Fatihah, Umm al-Kitab dan Umm
al-Qur’an, Sab’ al-Matsani, Surat al-Hamd, Surat al-Du’a, Surat al-Syifa, dan
A’zham Surat fil al-Qur’an.
Disebutkan juga beberapa fadilah atau keutamaan Surah Al-Fatihah misalnya bahwa surah ini lebih baik dari segala kesenangan duniawi; surah ini diyakini turun langsung dari Arasy Tuhan; keistimewaan bagi umat Rasulullah Saw; besarnya pahala bagi yang membacanya; shalat tidak sah tanpa Al-fFtihah; memberikan pengampunan dan perlindungan; dan memberikan kesembuhan untuk berbagai penyakit.
Bahwa tidak bisa dipungkiri bahwasannya setan selalu menghantui segala
aspek kehidupa kita. Ia selalu berbisik dan mengganggu manusia. Menurut Kang Jalal, isti’adzah mengandung makna supaya tidak disentuh dan sekaligus tidak didekati
setan.
Buku ini juga menyuguhkan delapan kasykul atau jenis isti’adzah di kalangan
ahli bait yaitu: isti’adzah Aminah, isti’adzah Rasulullah, isti’adzah Sayidah Fatimah, isti’adzah Imam Ali, isti’adzah Al-Hasan-Al-Husain, isti’adzah Imam Zainal
Abidin, isti’adzah Imam Ja’far, dan isti’adzah Imam Mahdi.
Fadhilah isti’adzah yaitu menghindarkan pertengkaran, sebagai zikir pagi
dan petang, menjauhkan diri dari setan, doa masuk rumah, doa bangun tidur dari
mimpi yang buruk, doa perlindungan bagi anak-anak, doa di atas mimbar, tiga
kalimat isti’adzah Nabi saw, dan mematahkan punggung setan. Ia juga memberikan
ulasan terkait bacaan isti’adzah dan
penjelasan dari aspek bahasanya.
Rukun isti’adzah yaitu 1. Al-Isti’adzah (pengertian, hakikat, dan unsur
pembentuk), 2. Al-Musta’idz (pelaku isti’adzah),3. Al-Musta’adz Bihi (cara isti’adzah),4. Al-Musta’adz Minhu (dari apa saja kita
berlindung), dan 5. Fima Yusta’adzu Lahu
(sebab-sebab isti’adzah ). Isti’adzah juga dinamai sesuai dengan para nabi yang pernah melafalkannya di antaranya: isti’adzah Nabi Musa, isti’adzah Rasulullah saw, dan isti’adzah Nabi Nuh as.
Kelebihan buku ini adalah pembahasannya yang mendalam terkait isti’adzah
serta penggunaan gaya bahasa dan kalimat yang enak dan mudah di cerna saat
dibaca. Belum lagi adanya delapan
kasykul (bunga rampai) yang bercerikan berwarna orange ia hadirkan dalam setiap
pembahasan mempercantik buku ini.
Sementara kekurangannya adalah
pembaca masih dibuat kebingungan terkait apa yang dimaksud Tafsir Sufi
al-Fatihah itu sendiri karena tidak ada bagian yang secara detail membahas
bagian ini.

Komentar
Posting Komentar